Panasnya api tak
membuat luluh keimanannya. Justru ia kian merasa bahagia atas
luka-lukanya membela Nabi Allah. Direlakannya lehernya sebagai jaminan
kebenaran dan kemuliaan risalah yang dibawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
Dialah Khabbab bin Arats,
seorang pandai besi yang meskipun tadinya ia seorang budak, ia bisa
bergaul dengan semua kalangan. Pemuka-pemuka Quraisy pun seringkali
memesan pedang kepadanya.
Suatu hari, datang ke rumahnya beberapa orang Quraisy mengambil pesanan senjata. Kebetulan Khabbab sedang tidak ada. Setelah ditunggui beberapa lama, akhirnya Khabbab datang. Dengan penuh suka cita, ia langsung saja bercerita bahwa ia baru saja pulang dari rumah Arqam, di sana ia bertemu dengan Rasulullah. Dengan kegembiraan yang terpancar dari wajahnya, diceritakannya perilaku Rasulullah yang begitu menarik hingga membuatnya terkagum-kagum dan mendorongnya untuk masuk Islam. Khabbab pun sempat mengucapkan syahadat di hadapan teman-teman Quraisy-nya itu.
Suatu hari, datang ke rumahnya beberapa orang Quraisy mengambil pesanan senjata. Kebetulan Khabbab sedang tidak ada. Setelah ditunggui beberapa lama, akhirnya Khabbab datang. Dengan penuh suka cita, ia langsung saja bercerita bahwa ia baru saja pulang dari rumah Arqam, di sana ia bertemu dengan Rasulullah. Dengan kegembiraan yang terpancar dari wajahnya, diceritakannya perilaku Rasulullah yang begitu menarik hingga membuatnya terkagum-kagum dan mendorongnya untuk masuk Islam. Khabbab pun sempat mengucapkan syahadat di hadapan teman-teman Quraisy-nya itu.
Kegembiraannya
ini menjadikannya lupa sedang berada dimana dirinya. Ia tidak sadar
dengan apa yang terjadi dengannya. Tahu-tahu ia telah terkapar pingsan.
Begitu terbangun, didapatinya sekujur tubuhnya telah bersimbah darah
karena luka. Sambil menahan nyeri ia bertanya-tanya dalam hati, apa
gerangan yang akan dihadapinya setelah itu.
Sya'bi,
salah satu kawan sependeritaan Khabbab, menggambarkan kegilaan
orang-orang Quraisy yang menyiksa Khabbab. Orang-orang kafir itu datang
kepada Khabbab dan menyeretnya keluar kemudian menindihnya dengan batu
yang membara, hingga meluluhkan dagingnya. Namun hati Khabbab tak
sedikitpun terpengaruh, justru membuat ia semakin yakin akan kebenaran
risalah yang diikutinya.
Sahabatnya yang lain menceritakan bahwa orang-orang kafir itu datang ke rumah Khabbab. Mereka membakar besi-besi yang hendak dijadikan pedang. Kemudian setelah membara mereka gunakan untuk tiang mengikat tangan, kaki, berikut tubuh Khabbab.
Sahabatnya yang lain menceritakan bahwa orang-orang kafir itu datang ke rumah Khabbab. Mereka membakar besi-besi yang hendak dijadikan pedang. Kemudian setelah membara mereka gunakan untuk tiang mengikat tangan, kaki, berikut tubuh Khabbab.
Rasulullah
pernah menyaksikan kekejaman orang kafir terhadap Khabbab, namun pada
saat itu tidak ada yang bisa diperbuat mengingat umat Islam masih sangat
minoritas. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam hanya bisa berdoa agar Allah memberikan
pertolongan-Nya sambil meminta yang bersangkutan bersabar. Harapan
Rasulullah terbukti. Ummi Ammar yang seperti kesetanan menyiksa Khabbab,
tak lama kemudian terkena penyakit panas yang aneh. Penyakit itu bisa
berkurang kalau setiap pagi dan petang punggung dan kepalanya disetrika
dengan besi yang membara.
Khabbab
termasuk salah satu generasi pertama sahabat Rasul. Selain ahli ibadah,
ia juga seorang guru ngaji yang Rasulullah sendiri pernah mengatakan,
“Barang siapa ingin membaca Al-Quran, hendaklah ia meniru bacaan Khabbab
Ibnu Ummi Abdin”. Khabbab mendapatkan kelebihannya itu untuk mengajar
orang-orang yang masuk Islam. Khabbab jugalah yang mengajar Fatimah
binti Khattab (saudara perempuan Umar bin Khattab) dan suaminya membaca
Al Qur'an.
Sampai
akhir hayat Rasulullah, Khabbab tidak pernah ketinggalan untuk pergi
berperang. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab dimana saat itu
keadaan baitul maal sudah membaik, Khabbab mendapatkan gaji yang cukup
besar. Walaupun begitu ia tidak pernah lupa untuk bersedekah.
sampai-sampai ia membuat tempat untuk menyimpan uang tepat di ruang tamu
dan tidak pernah ia tutup dengan selembar benang pun, karena memang
disediakannya untuk para tamu yang membutuhkannya.
Ada kebiasaan aneh yang tetap tak bisa dihindarinya dalam kondisi banyak harta seperti itu. Ia begitu sering menangis. Masih kurangkah gajinya? “Sesungguhnya saya tidak merasa kekurangan. Justru kelebihan itulah yang mengingatkan saya kepada para sahabat yang telah meninggalkan kita dengan membawa semua amalnya, sebelum mendapatkan ganjaran di dunia. Sedangkan kita masih hidup dan mendapat kekayaan yang melimpah hingga tak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali di tanah”
Ada kebiasaan aneh yang tetap tak bisa dihindarinya dalam kondisi banyak harta seperti itu. Ia begitu sering menangis. Masih kurangkah gajinya? “Sesungguhnya saya tidak merasa kekurangan. Justru kelebihan itulah yang mengingatkan saya kepada para sahabat yang telah meninggalkan kita dengan membawa semua amalnya, sebelum mendapatkan ganjaran di dunia. Sedangkan kita masih hidup dan mendapat kekayaan yang melimpah hingga tak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali di tanah”
Subhanallaah… Kalau iman yang berkata, seolah dunia ini tidak ada apa-apanya, yang ada hanya Allah dan Rasul-Nya.
Wa Allahu’alam Bis Showab
Ukh, bgmn cra memodifikasi blog ? biar tampilanx lbh menarik ?
BalasHapusBagian yang Mana yang Anti Mau Modifikasi..?? (^^,)
HapusKetemuan Saja Ukhti, Baru Kita Private,, Okey..??