Sabtu, 08 Januari 2011

Laporan Mikrobiologi "Teknik Pembiakan Mikroba"



 Oleh
ARIATY LARA PRASASTI DAHLAN
E 281 08 011
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009

_______________________________________________


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian secara tradisional merupakan bidang usaha yang bertujuan untuk menghasilkan kebutuhan hidup seperti makanan, serat, makanan ternak dan bahan baku untuk industri. Bidang usaha ini berciri utama penggunaan sumber daya alami seperti tumbuhan, tanah, air, faktor lingkungan dan dipadukan dengan penggunaan tenaga manusia dan ternak. Hal ini sedikit demi sedikit berubah ke arah bentuk usaha pertanian yang mempunyai ciri-ciri seperti pada bidang usaha industri. Perubahan terjadi berkat semakin banyaknya produk-produk ilmu dan teknologi pertanian yang masuk ke dalam bidang usaha pertanian yang juga memberikan pengaruh pada sistim produksi bahan makanan dan pertanian yang tersebar merata di seluruh pelosok dunia.
Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini produksi hasil pertanian telah meningkat secara luar biasa, tetapi persediaan pangan yang bergizi bagi penduduk dunia tidak pernah melebihi kebutuhan. Oleh karena itu, ketika rendahnya produktivitas tanaman terutama Perkebunan rakyat antara lain disebabkan oleh petani yang belum memperhatikan budidaya tanaman, agroekosistem dan penerapan Pengendalian Hama Terpadu ( PHT) pada areal kebunnya, sehingga kerugian hasil akibat serangan OPT terutama hama dan penyakit tanaman cukup besar. Hal ini mendorong orang untuk memanfaatkan teknologi baru dalam program pemulian tanaman agar masalah pangan dan gizi yang timbul dapat diatasi.
Penggunaan Pestisida sintetis yang kurang bijaksana dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) masih banyak digunakan oleh petani perkebunan, hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa masalah yang kurang menguntungkan, diantaranya timbul resistensi OPT terhadap Pestisida sintetis, residu pestisida, mengakibatkan pencemaran lingkungan dan lain-lain. Oleh karena itu sangatlah bijaksana apabila dalam pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan Musuh alami / Agens hayati. Beberapa jenis Agens hayati yang diketahui efektif untuk mengendalikan OPT perkebunan dan mudah pengembangannya salah satunya adalah ; Jamur Trichoderma Sp. untuk mengendalikan Fusarium oxysporum (penyebab penyakit busuk batang pada tanaman Vanili), Phytophtora (penyebab penyakit busuk pangkal batang pada tanaman Lada) dan Rigidoporus lignosus (penyebab penyakit Jamur akar putih pada tanaman Karet).
Trichoderma Sp Sebagai agensi pengendali hayati yang telah lama diketahui potensinya sebagai pelindung tanaman dan telah dikembangkan secara besar-besaran (Puslitbangtri, 1996).
Trichoderma Sp. Juga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai agen pengendali hayati berbagai protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh tumbuhan dan juga sebagai pengendali dari berbagai jenis pathogen yang tertular dalam tanah(Widyastuti & Harjono, 2001).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami cara pembuatan media PDA sebagai media tumbuh mikroba jenis Trichoderma Sp. maupun fungsi dari jamur ini yang sering digunakan sebagai agensi pengendalian hayati. Memperbanyak dan menyebarkan Agens hayati jenis Jamur Trichoderma sp.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar setelah praktik, para praktikan dapat mengetahi fungi dari sterilisasi alat dan bahan serta kegunaan dari Trichodrma Sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses mematikan semua mikroorganisme termasuk bakteri, spora bakteri, kapang dan virus. Sterilisasi yang tidak baik dapat menghasilkan penyebaran infeksi bakteri dan virus seperti hepatitis dan HIV.
Perebusan bukanlah metode sterilisasi. Sterilisasi umumnya dilakukan menggunakan autoklaf untuk yang menggunakan panas bertekanan. Cara lain yang kini dikembangkan adalah sterilisasi basah untuk produk-produk yang tidak tahan panas. Sterilisasi juga dapat dikatakan segala kegiatan dalam kegiatan pengamatan yang harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, begitu pun dengan teknisi yang melakukan pengamatan harus dalam keadaan yang steril (Anonim, 2008).
Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan semua organisme yang dapat menjadi kontaminan. Metode yang lazim digunakan untuk mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas digunakan bersama-sama uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan autaklaf), sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering (menggunakan oven) (Anonim, 2008).
2.2 Pembuatan Media PDA
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan dari jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya yang sesuai. (Volk, dan Wheeler,1993 . Mikrobiologi Dasar Jilid 1).
PDA (potato Destrose Agar) merupakan media yang biasa digunakan untuk menumbuhkan jasad renik. PDA termasuk media buatan karena komposisi serta kandungan unsur-unsur di dalamnya tidak diketahui secara pasti. Ada 2 jenis media lainnya yaitu media 1/2 buatan dan media buatan murni. Karena media ini digunakan untuk menumbuhkan jasad renik maka kandungan bahan-bahan di atas mesti mencukupi nutrisi bagi jasad renik tersebut untuk tumbuh dan berkembang biak. Kentang yang diambil adalah ekstraknya dan berfungsi sebagai mineral. Sedang gula berfungsi sebagai sumber energi, dan agar sebagai lingkungan. (Rio, 2008).
2.3 Pembanyakan Mikroba
Perbanyakan Mikroba dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan Biopestisida. Biopestisida adalah Suatu pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini telah banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Meskipun jenis-jenis lain seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi saat ini belum banyak dipakai dan juga untuk dikomersilkan.
(Inam 2008).
Jenis-jenis dari Biopestisida yang kita kenal yaitu, antara lain :
1. Insektisida biologi (Bioinsektisida).
Berasal dari mikroba yang digunakan sebagai insektisida. Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada serangga tidak dapat menimbulkan gangguan penyakit terhadap hewan-hewan lainnya maupun tumbuhan. Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai insektisida harus mempunyai sifat yang spesifik artinya harus menyerang serangga yang menjadi sasaran dan tidak pada jenis-jenis lainnya.
2. Herbisida biologi (Bioherbisida).
Termasuk dalam golongan herbisida ini ialah pengendalian gulma dengan menggunakan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, jamur dan virus. Bioherbisida yang pertama kali digunakan ialah DeVine yang berasal dari Phytophthora palmivora yang digunakan untuk mengendalikan Morrenia odorata, gulma pada tanaman jeruk. Bioherbisida yang kedua dengan menggunakan Colletotrichum gloeosporioides yang diperdagangkan dengan nama Collego dan digunakan pada tanaman padi dan kedelai di Amerika.
3. Fungisida biologi (Biofungisida).
Biofungisida menyediakan alternatif yang dipakai untuk mengendalikan penyakit jamur. Beberapa biofungisida yang telah digunakan adalah spora Trichoderma sp. digunakan untuk mengendalikan penyakit akar putih pada tanaman karet dan layu fusarium pada cabai.Merek dagangnya ialah Saco P dan Biotri P. (Ina, 2008).
III. METODOLOGI
3.1 Tempat Dan Waktu
Praktikum Mikrobiologi Modul Teknik Pembuatan Mikroba, dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako pada hari Ahad, tanggal 14 Juni 2009 pukul 09.00 – 12.10 WITA.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Wadah untuk memasak kentang, pingset, kertas saring, cawan petri, jarum ose, Autaklaf, enkas, lampu spritus, kertas saring.
Bahan yang digunakan adalah 100 ml air, 20 gr glukosa, 20 gr agar, 200 gr kentang, koloni Trichoderma Sp yang telah dibiakkan, spritus, antibiotic.
3.3 Cara Kerja
3.1.1 Sterilisasi Alat Dan Bahan
Untuk sterilisasi alat dan bahan, cara kerja ini terbagi atas dua jenis sterilisasi basah dan sterilisasi kering. Untuk sterilisasi basah adalah dengan cara membungkus seluruh alat dan bahan dengan kantong plastic dan menutupnya dengan rapat agar air maupun udara yang diduga membawa bakteri yang tidak diharapkan kehadirannya agar tidak dapat masuk ke dalam plastik, sedangkan jika sterilisasi kering adalah dengan tidak memasukkannya ke dalam kantong plastic. Setelah itu bahan yang telah dibungkus tersebut dimasukan dalam Autaklaf untuk disterilisasikan sesuai waktu yang diperlukan
3.2.1 Pembahasan Media PDA
Langkah awalnya yaitu mengupas kentang hingga seluruh permukaan kulit kentang bersih, selanjutnya memotong kentang hingga berukuran dadu kecil, hal ini dilakukan agar ekstrak kentang mudah keluar dan kentang cepat matang. Setelah itu, menimbang kentang hingga 200 gr, agar-agar 20 gr, gula 20 gr. Kemudian memasak kentang hingga lunak kedalam wadah yang telah berisi 1 Liter air. Selanjutnya menyaring kentang yang telah lunak kemudian Agar-agar serta gula dimasukkan bersamaan lalu mencampur semua bahan hingga merata, kemudian memasukkan hasil campuran bahan tadi ke dalam wadah Erlenmeyer lalu ditutup rapat untuk di sterilkan selama 15-30 menit didalam Autaklaf.
3.2.2 Perbanyakan Mikroba
Langkah awal mensterilkan tangan dengan menggunakan larutan spiritus sebelum masuk kedalam incubator, hal ini dikarenakan agar segala yang ada dalam incubator tetap steril dari bakteri yang tidak diinginkan selain jamur Trichoderma Sp. Selanjutnya mengambil cawan petri yang sudah berisi koloni dari Trichoderma Sp lalu mencampur isi cawan tersebut dengan menggunakan sedikit air rebusan kentang, lalu mencampurnya menggunakan jarum ose tanpa merusak media PDA tersebut. Selanjutnya memasukkan kertas saring yang sudah terlebih dahulu dicetak, lalu dicampur. Langkah selanjutnya memasukkan Media PDA ke cawan petri yang lain hingga menutup permukaan dasar cawan petri, kemudian diberikan antibiotic sebanyak 0,3 ml.. Selanjutnya, memasukkan kertas saringan ke tengah cawan petri yang telah berisi media PDA dengan menggunakan pingset, setelah itu dilakukan inkubasi selama 2 X 24 Jam


DAFTAR PUSTAKA
Widyastuti,S,M dan Harjono, 2001. Optimasi Produksi Endoktinase dari Jamur Mikoparasit Trichoderm. Journal Perlindungan Tanaman Indonesia.
Volk, dan Wheeler,1993 . Mikrobiologi Dasar Jilid 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saling Menasehatilah Kalian Dalam Kebaikan
.::| Tuliskan Komentar Membangun yah |::.

Entri Populer Nih.. (^^,)