LAPORAN PRAKTEK
LAPANGAN
“ANALISIS, IDENTIFIKASI
DAN KALIBRASI GULMA”
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
2010
I. PENDAHULUAN
Dalam
usaha mengembangkan tanaman hasil-hasil pertanian, dijumpai banyak masalah,
diantaranya ialah gangguan hama, penyakit maupun gulma. Gulma adalah salah satu
organisme pengganggu tanaman. Berbeda
dengan penyakit ataupun hama, maka gulma lebih bersifat permanen karena adanya
persaingan. Persaingan yang terjadi
antara tumbuhan pengganggu dengan tanaman budidaya umumnya berkisar pada
pemanfaatan cahaya, unsur-unsur hara, air, dan juga tempat tumbuh. Oleh karena itu, terdapat perbandingan yang
sangat mencolok jika membandingkan kebutuhan unsur hara maupun air antara
pertumbuhan satu ton gulma dengan pertumbuhan satu ton tanaman budidaya, maka
tanaman gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara maupun air.
Gulma
antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang
tidak dikehendaki oleh manusia. Hal ini
berarti tumbuhan ini merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu batasan untuk gulma sangatlah luas sehingga dapat mencakup semua
jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan.
Jenis gulma yang tumbuh pada umumnya sesuai dengan tempat tumbuhnya
(Angga, 2009).
Permasalahan
gulma yang merupakan masalah yang cukup serius adalah alang-alang (Imperata cylindrica) pada tanaman
perkebunan karet dan kelapa sawit, eceng gondok pada danau dan waduk, ketemas (Euphorbia sp.) pada pertanaman jagung
dan pada padi (Anonim, 2009).
Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya
sangatlah bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya,
dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di negara yang sedang
berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga sangat
mempengaruhi persediaan pangan dunia (Anonim, 2009).
Pada prinsipnya
pengendalian gulma dapat dilakukan secara prefentif, kultur teknis, mekanik dan
terpadu. Pengendalian secara kultur tekniks didasarkan padasegi-segi ekologi
yang berusaha menciptakan suatu keadaan lingkunagan yang sedemikian rupa
sehingga sesuai bagi tumbuhan. Teknik pengendalian gulma secara mekanik ataupun
fisik dapat juga dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan mencabut gulma
sampai kesistem perakarannya, atau dengan memotong atau memangkas gulma
(Anonim, 2009).
II. TUJUAN DAN KEGUNAAN
Tujuan dilakukannya praktikum Ilmu Gulma adalah
untuk mengidentifikasi gulma yang berada pada tanaman budidaya, menganalisis
pengaruh serangan gulma dan untuk mengetahui ciri-ciri morfologi pada gulma
serta mengetahui menghitung teknik kalibrasi dari penggunaan herbisida.
Kegunaan dilakukannya praktikum Ilmu Gulma adalah
sebagai sarana pembelajaran bagi praktikan dalam pengenalan serta
mengidentifikasi morfologi gulma pada areal pertanaman budidaya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.2 Hasil Perhitungan Kalibrasi
Diketahui ;
Lebar
: 2,4 m (23,70 x 8)
Panjang
: 179,6 m
Luas
Areal : 431,04 m2
Jumlah Air yang di
butuhkan dalam areal yang akan disemprot adalah 1 hektar (10.000 m2),
maka banyaknya air yang dibutuhkan adalah:
Volume
air = 10.000 m2 x 2,5 liter air
431,04 m2
= 58 liter/ha.
Takaran herbisida yang
akan digunakan adalah 3 liter (3000 ml) per
hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pelarut adalah :
hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pelarut adalah :
Volume herbisida = 15
liter x 3000 ml
58
liter
= 775 ml
herbisida /15 liter air
Luasan 431,04 m2 (6,38 Menit) Maka untuk 1 hektar.
Adalah :
Waktu yang Digunakan =
10.000 m2 x 6,38 Menit
431,04 m2
= 148 Menit
3.2 Pembahasan
Pada hasil pengamatan
yang dilakukan pada tanaman gulma yang berada sekitar pertumbuhan tanaman
budidaya Jagung (Zea mays), terdapat
beberapa jenis gulma antara lain ; Elatine Triandra, Cyperus pumicu, Amarantus gracilis. Jenis
gulma tersebut masuk dalam jenis gulma berdaun sempit dan berdaun lebar.
Untuk jenis tanaman
rumput teki (Cyperus pumicus L.),
terlihat morfologi jenis akar serabut tidak terlalu panjang untuk menembus
pertanahan sekitar tanaman budidaya cabai. Daun berukuran sempit, serta
termasuk tanaman herba.
Gulma berdaun sempit yaitu apabila helaian daun
atau laminanya berbentuk memanjang dan ukuran lebarnya helaian daun kecil atau
sempit. Helaian daun dari golongan ini umumnya terdiri
dari kelampok daun yang berbentuk pita, linearis, jarum dan yang berbentuk
panjang-panjang. Pertulangan daun dari golongan ini umumnya berbentuk lurus-lurus atau
linearis yang umumnya didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas
Monocotyledoneae.
Tumbuhan
ini mempunyai bentuk daun sempit dan memanjang;
(1) mempunyai
lintasan C4, (2) nervatio (pertulangan daun) linearis
atau garis-garis memanjang, (3) dari kelompok monocotyledoneae,
dan (4) bentuk
daun memanjang seperti pita, jarum, garis dll
(Anonim, 2008).
Pada
hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman gulma yang berada sekitar
pertumbuhan tanaman budidaya Jagung, untuk jenis
tanaman bayam liar (Amarantus gracilis),
terlihat morfologi untuk bagian akarnya termasuk akar serabut, berdaun
berukuran lebar, serta termasuk tanaman herba.
Pada hasil pengamatan yang
dilakukan pada tanaman gulma yang berada sekitar pertumbuhan tanaman budidaya
Jagung, untuk jenis tanaman bayam (Amarantus
gracilis), terlihat morfologi jenis akar serabut tidak terlalu panjang
untuk menembus pertanahan sekitar tanaman budidaya Jagung. Gulma berdaun lebar yaitu apabila lebar dari
helaian daunnya lebih dari setengah ukuran panjangnya. Helaian daun tersebut dapat berbentuk oval, bulat, segita, lonjong,
membulat atau seperti bentuk ginjal. Pertulangan daun (nervatio) dari golongan ini umumnya bentuk menyirip.
Golongan gulma berdaun lebar ini umumnya
didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas Dicotyledoneae. Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas dan umumnya:
(1) mempunyai
lintasan C3, (2) nervatio (pertulangan daun) menyirip,
(3) dari
kelompok Dicotyledoneae,
dan (4) bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal,
dll (Anonim, 2009).
Pengendalian
gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara preventif, misalnya
pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang. Secara fisik, misal dengan pengolahan tanah,
pembabatan, penggenangan, pembakaran dan pemakaian mulsa. Dengan sistem budidaya, misal dengan
pergiliran tanaman, budidaya pertanaman dan penaungan dengan tumbuhan penutup.
Secara biologis, yaitu dengan menggunakan organisme lain seperti insekta.
Secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan herbisida atau senyawa kimia yang
dapat digunakan untuk mematikan (Rukmana, 1999).
Pada
perhitugan kalibrasi Langkah-langkah dalam
melakukan penyemprotan gulma menggunakan herbisida yaitu penyiapan sprayer dan
nozel yang akan digunakan untuk menyemprot gulma di lahan pertanian sesuai
kebutuhan, melakukan kalibrasi sprayer yang akan digunakan dengan benar,
menetukan kebutuhan formulasi larutan herbisida sesuai luasan areal lahan,
dosis dan volume semprotnya, mencampur herbisida dengan pelarutnya sesuai
perhitungan dan kebutuhan dalam wadah secara merata dan homogen, memasukkan
campuran larutan herbisida ke dalam tangkai sampai penuh sesuai dengan
kapasitas tangki, memompa tangki sampai tekanan udara dalam tangki penuh,
menyemprot gulma pada lahan dengan mengatur posisi nozel setinggi 30-45 cm di
atas permukaan gulma dan arah penyemprotannya searah dengan arah angin,
melakukan penyemprotan dengan berjalan secara normal (biasa) pada kecepatan
yang konstan, melakukan pemompaan pada sprayer secara teratur (sekali setiap
dua langkah) agar tekanan udara dalam tangki tetap penuh, serta melakukan penyemprotan
sampai seluruh permukaan tanaman terkena hembusan larutan herbisida secara
merata dan seluruh areal yang ditargetkan selesai disemprot.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum yang dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
1.
Gulma antara lain
didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak
dikehendaki oleh manusia. Hal ini
berarti tumbuhan ini merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur.
3.
Gulma yang terdapat
disekitar tanaman budidaya Jagung antara lain tanaman rumput teki (Cyperus pumicus L.), tanaman bayam (Amarantus gracilis), dan jenis Elatine Triandra.
4.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu dengan cara preventif, cara fisik, dengan menggunakan
sistem budidaya, cara biologis, cara kimiawi, dan cara terpadu.
4.2 Saran
Sangat diharapkan
keseriusan yang lebih dari para praktikan selama berada di lapangan dan juga
ketelitian saat menggunakan alat praktikum, hal ini bertujuan agar praktikum
yang diinginkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Angga, 2009. Identifikasi
Gulma. http://angga1503.woodpress.com.
Anonim, 2007. Teki-Tekian. http://www.wordPress.com.
______, 2008. Gulma Tanaman (Bab IV). http://www.google.com.
______, 2009. Cara Menghitung
Kalibrasi. http://www.kreasiciptakonsultan.com.
______, 2009. Morfologi Gulma. http://www.e-dukasi.net.
Johny Martin, 2006. Gulma.
http://martin.blogspot.com.
Rukmana, R.H. dan Saputra, U.S, 1999.
Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saling Menasehatilah Kalian Dalam Kebaikan
.::| Tuliskan Komentar Membangun yah |::.