Selasa, 15 Maret 2011

Ulbah Bin Zaid, Kedermawanan Sang Fakir



Tahun kesembilan Hijrah, satu bulan menjelang Ramadhan saat itu  musim panas dan paceklik melanda Madinah sehingga kaum muslimin mengalami kesulitan ekonomi.  Tidak seperti biasanya, kali ini Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam mengabarkan kepada para sahabat tentang rencana untuk melaksanakan peperangan di daerah Tabuk, sebuah daerah yang sangat jauh bagi bangsa Arab pada saat itu. Mendengar adanya seruan jihad ini maka kaum muslimin berbondong-bondong datang memenuhi kota Madinah, dan para dermawan menginfakkan harta mereka guna bekal bagi pasukan yang akan berangkat menuju medan perang. Peristiwa ini dikenal dengan Jaisyul ‘Usroh.


Ulbah bin Zaid, salah seorang sahabat Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam dari suku Anshor dari kabilah Aus, adalah seorang yang fakir dan tidak memiliki harta benda untuk diinfakkan guna mendukung pasukan yang akan pergi berperang. Ia hanya dapat menyaksikan kesibukan kaum muslimin dalam mempersiapkan kelengkapan perang. Semua orang telah melengkapi dirinya dengan perlengkapan perang seperti baju besi, pedang, panah, tombak, unta, kuda dan lain lain. Ia menyaksikan semua itu dengan kesedihan yang mendalam, karena  ia tidak memiliki uang sepeserpun untuk membeli peralatan perang tersebut.

Pagi itu, setelah sholat subuh, ia mendengar Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Barang siapa yang mempersiapkan Jaisyul ‘Usroh, untuknya surga”. Panas dingin rasa badannya mendengar sabda Nabi itu, apalagi dalam peperangan ini Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam tidak menerima mujahid kecuali mereka yang memiliki  kendaraan  dan kelengkapan perang.

Pada hari yang lain, ia melihat Rasulullah duduk dikelilingi para sahabat. Abu Bakar datang sambil membawa uang sebanyak 4000 dirham, lalu beliau serahkan kepada Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam guna keperluan perang. Melihat uang sebanyak itu  maka Rasulullah bertanya kepada Abu Bakar : “Apa yang engkau sisakan kepada keluargamu?” Abu Bakar ra menjawab : “Aku tinggalkan Allah سبحانه و تعالى beserta  RasulNya”. Untuk itu Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam berkata: “Tidak ada harta yang bermanfaat bagiku seperti harta Abu Bakar.”  Umar datang dengan membawa setengah hartanya. Usman membawa 1000 dinar dan menyerahkannya kepada Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam. Lalu Beliau mengaduk aduknya seraya berkata : “Tidak ada yang membahayakan Usman dengan apa yang dia perbuat setelah ini.” Abdurrahman membawa 200 uqiyah perak, dan disusul oleh para sahabat yang lain masing masing dengan membawa hartanya.
Para sahabat yang bukan dari golongan berada juga datang berinfak dengan apa yang mereka miliki. Ashim bin Adi membawa 90 wasaq dari kurma kebunnya, sebagian lagi ada yang membawa dua mud bahkan ada yang hanya satu mud (sebanyak dua telapak tangan orang dewasa). Semua kaum muslimin datang berinfak, kecuali para munafiqin.

Melihat hal itu, pulanglah Ulbah dengan membawa kesedihannya. Sampai larut malam ia tidak bisa tidur memikirkan dirinya yang tidak dapat berinfak dan membeli peralatan perang seperti para sahabat lakukan. Selintas timbul dalam fikirannya untuk mengurangi kegundahan hati. Maka ia pun berwudhu lalu melaksanakan sholat. Kemudian ia pun menangis, menumpahkan semua kesedihannya kepada Dzat yang memiliki isi langit dan bumi. Lalu ia berdoa sambil mengangkat kedua tangannya: 
Ya Allah, Engkau memerintahkan berjihad, sedangkan Engkau tidak memberikan aku sesuatu yang dapat aku bawa berjihad bersama RasulMu, dan Engkau tidak memberikan di tangan RasulMu sesuatu yang dapat membawaku berangkat. Maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah bersedekah kepada setiap muslim dari semua perbuatan zholim mereka terhadap diriku dari perkara harta, raga atau kehormatan.

Doa itu ia ucapkan berulang ulang kali seakan akan ia berkata : 
Ya Allah, tidak ada yang dapat aku infakkan sebagaimana yang lainnya telah berinfak. Seandainya aku memiliki seperti yang mereka punya, aku akan lakukan untukMu, demi jihad di jalanMu. Yang aku punya hanya kehormatan, kalau Engkau bisa menerimanya, maka saksikanlah bahwa semua kehormatanku telah aku sedekahkan malam ini untukMu!”. Subhanallah, alangkah jernihnya doa tersebut keluar dari seseorang yang tidak punya; sebuah kedermawanan dari mereka yang disebut papa.

Pagi harinya, ia mengikuti sholat subuh berjamaah bersama Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam. Telah ia lupakan air mata yang telah tertumpah di atas sajadah tadi malam. Tetapi Allah سبحانه و تعالى tidak menyia-nyiakannya, Dia khabarkan semua cerita tsb kepada Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam melalui perantaraan Jibril. Selesai sholat, Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Siapa yang tadi malam telah bersedekah? Hendaklah ia berdiri.
Tidak ada seorangpun dari para sahabat yang berdiri, dan Ulbah pun tidak merasa bahwa ia telah bersedekah. Lalu Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam mendekatinya dan berkata: “Bergembiralah Ulbah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya  sedekahmu tadi malam telah ditetapkan sebagai sedekah yang diterima.

Alangkah bahagianya Ulbah, doa yang ia panjatkan tadi malam sebenarnya adalah upaya dan usaha dari orang miskin yang tidak punya harta. Kiranya Allah mendengar rintihan dan jeritannya.

Semoga Allah merahmati Ulbah bin Zaid, dengannya kita dapat memetik pelajaran bahwa tidak selamanya memberi harus dengan berupa materi. Bukankah Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam dalam banyak riwayat mengatakan:

Tasbih adalah sedekah, Senyum adalah sedekah, hingga suapan makanan ke mulut istri adalah sedekah, bahkan berhubungan badan dengan istri agar menjaga kehormatannya adalah sedekah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saling Menasehatilah Kalian Dalam Kebaikan
.::| Tuliskan Komentar Membangun yah |::.

Entri Populer Nih.. (^^,)