Sabtu, 06 Agustus 2011

Aku Tersanjung

 
Judul asli : Ahadistul Mar’ah fis Shahihain, juz 1 & 2
Oleh : Muhammad Rasyid Al-Uwayyid
Pustaka  Yassir, 2007
Penerjemah : Najib Junaidi, Lc
Muraja’ah : Ainul Haris Umar Thayyib, Lc, M. Ag

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam pernah bersabda kepadaku,“Sungguh, aku tahu jikalau engkau ridho kepadaku dan jikalau engkau marah kepadaku.” Aisyah berkata, Lalu aku bertanya, “Dari mana engkau mengetahui hal itu? Beliau lantas menjawab, “Jika engkau ridho kepadaku, maka engkau mengucapkan, ‘tidak, demi Tuhannya Muhammad!’ Dan jika engkau marah, maka engkau mengucapkan, ‘Tidak, demi Tuhannya Ibrahim!’ Lalu Aisyah berkata, Ya, demi Allah! Ya Rasulullah, aku hanya menghindari namamu.” (HR. Bukhari)

 Penjelasan Hadits:
Perhatian mana yang lebih detail dari perhatian ini?! Dan kemesraan mana yang lebih halus dari kemesraan ini?! Sungguh, ini adalah akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam yang sangat agung. Beliau memberikan petunjuk yang sangat baik kepada para suami dan juga para istri.
Beliau tidak langsung menyatakan, “Aku tahu jikalau engkau ridho kepadaku, maka engkau mengucapkan, Tidak, demi Tuhannya Muhammad!’ dan jikalau engkau marah, maka engkau mengucapkan, Tidak, demi Tuhannya Ibrahim!” Beliau hanya memberitahunya bahwa beliau mengetahui kapan dia ridho dan kapan dia marah. Maksudnya ialah agar Aisyah sendiri yang bertanya kepada beliau, “Dari mana engkau mengetahui hal itu?” Dengan begitu maka Aisyah akan berdialog dengan beliau. Dan ternyata hal itu memang berhasil memancing perhatian Aisyah dan menggerakkan rasa penasarannya dalam suasana kemesraan yang indah dan kelembutan yang luar biasa.
Alangkah baiknya jikalau para suami mau meniru akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam ini sewaktu berbicara dengan istri-istri mereka. Dari pada berbicara dengan bahasa langsung kepada istri, seperti mengatakan, “Hari ini si Fulan datang ke kantorku” atau “Saya mendapatkan bonus sekian” alangkah baiknya jika suami berusaha membangkitkan rasa penasaran istrinya, “Kamu tahu siapa yang datang ke kantorku hari ini?” atau “Coba tebak, berapa bonus yang aku terima hari ini?” dan seterusnya.
Bahasa tidak langsung seperti itu akan melegakan hati istri dan membuatnya merasa dihargai oleh suaminya. Juga akan membuat si istri merasa bahwa suaminya dekat dengannya dan dirinya pun dekat dengan suaminya.
Dan komentar yang diucapkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha memberikan petunjuk yang sangat indah bagi para istri dalam menyayangi dan mencintai suami, serta tidak terlalu larut dalam menghindarinya. Dia mengatakan, “Demi Allah ya Rasulullah, aku hanya menghindari namamu.”
Di dalam Syarhul Misykat disebutkan, “Pembatasan ini (maksudnya: hanya menghindari nama saja) adalah tanggapan yang amat sangat lembut. Sebab, Aisyah memberitahukan bahwa ketika dirinya dalam situasi sangat marah -yang pada umumnya seseorang kehilangan akal sehat dan kontrol dirinya- maka kondisi itu tidak mampu menggoyahkan kesempurnaan rasa cintanya yang telah merasuki lahir dan batinnya serta bercampur dengan ruhnya. la menggunakan kata ‘menghindari’ sebagai ganti dari kata ‘meninggalkan’ untuk menunjukkan bahwa dirinya merasa tersiksa dengan kondisi yang membuatnya tidak memiliki pilihan selain meninggalkan. Ini Persis seperti apa yang dikatakan oleh seorang penyair,
Sungguh, aku memberimu jalan buntu
Tetapi, dengan jalan buntu itu
Aku tetap mencintaimu.
Imam Nawawi berkata, Al-Qadhi mengatakan, “Kemarahan Aisyah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam adalah karena kecemburuan yang mana kaum wanita bisa dimaklumi dalam banyak kasus hukum, karena ketidakmungkinan mereka untuk terlepas sama sekali dari pengaruh cemburu tersebut.”
Bahkan Imam Malik dan para ulama Madinah yang lain mengatakan, “Seorang wanita tidak bisa dituntut hukuman had apabila ia menuduh suaminya berbuat zina karena dibakar rasa cemburu.” Hal itu didasarkan pada apa yang Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam, beliau bersabda, “Wanita pencemburu tidak bisa membedakan antara bagian atas lembah dengan bagian bawahnya.”
Andaikata tidak demikian, maka Aisyah radhiyallahu ‘anha akan mendapatkan kesulitan. Karena marah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam dan menghindarinya merupakan dosa besar. Oleh karena itulah ia mengatakan, “Aku hanya menghindari namamu.” Ini menunjukkan bahwa hati dan cintanya tetap seperti sedia kala. Kecemburuan yang timbul pada diri wanita sebenarnya hanyalah luapan dari rasa cinta yang berlebihan.”

Disalin dari buku “Aku Tersanjung” (Kumpulan Hadits-hadits Pemberdayaan Wanita dari Kitab Shahih Bukhari & Muslim Berikut Penjelasannya), Karya Muhammad Rasyid al-Uwayyid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saling Menasehatilah Kalian Dalam Kebaikan
.::| Tuliskan Komentar Membangun yah |::.

Entri Populer Nih.. (^^,)